Demikian tema dari acara memperingati satu tahun berpulangnya Ps. Samuel Saputra yang disertai dengan peresmian “Sam’s Reading Room“ sebuah museum perjalan hidup seorang Samuel Saputra yang berada di dalam lokasi Pondok Penuai .
Tema ini diambil dari judul sebuah lagu, dimana berbicara tentang benih yang telah ditabur oleh orang-orang dalam hidup kita yang tidak akan pernah hilang atau lenyap tapi akan berbuah dan terus berkembang .
Yoh 12:24
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
Sebuah pengajaran Yesus yang berbicara tentang diri-Nya bahwa Dia harus mati dan itu akan menghasilkan banyak sekali buah. Daerah pelayanan Yesus terbatas, tapi ketika murid-murid-Nya yaitu para Rasul melayani dan mengabarkan injil buah pelayanan mereka tersebar lebih luas dan berkali-kali lipat. Pengajaran ini tidak sekadar berbicara tentang kematian Yesus bagi manusia atau dalam kehidupan nyata harus ada yang mati terlebih dahulu untuk supaya ada buah yang dihasilkan. Kematian yang dimaksudkan ini adalah bagaimana daging harus mati terlebih dahulu agar buah kebenaran itu muncul dalam kehidupan setiap kita anak-anak-NYA (baca Roma 6), saat kita matikan daging, kita hidup dalam kebenaran dan buah kebenaran akan terus ada dalam hidup kita maupun orang yang menerima kebenaran itu.
Dalam tulisan ini kita diingatkan untuk terus menerus secara konsisten menabur benih, dari hidup dalam kebenaran, menabur yang baik, menabur kebenaran, menabur kehidupan dan tentunya membawa Kasih Tuhan atas semua orang. Mungkin kita tidak bisa berkhotbah, atau melayani TUHAN dalam gereja, tapi ingat semua yang kita punya bisa kita pakai untuk menabur benih bagi banyak orang. Mungkin doa kita, waktu kita, telinga kita untuk mendengar, uang kita, dan hidup kita adalah alat untuk menabur. Taburkan benih jangan lelah melakukannya. Seperti satu benih jagung yang ditaburkan akan menghasilkan berpuluh-puluh bahkan ratusan benih baru lagi.
Dan suatu saat kita akan melihat bahwa apa yang kita tabur akan berbuah lebat dan menjadikan sebuah ucapan syukur dalam hidup kita. Itulah waktunya kita merayakan benih yang telah sekian waktu kita tabur dan membiarkan siapapun akan menuainya, mungkin kita akan menuai, mungkin orang lain yang akan menuainya, yang jelas benih itu telah kita taburkan dan TUHAN melihat hati dan hidup kita.
Salam Apostolik –
Loving God Passionately
Loving Others Unconditionally
Making disciple intentionally
God Bless You, All!
L. Siu Tian
Photo by Jeremy Bishop on Unsplash